Kemerdekaan Yang Hilang: Anwar, Sang Letnan Pejuang Kemerdekaan yang MENGEMIS di Pinggir Jalan!



belum berisi,” ucap Anwar menunjuk ember biru yang ada di depannya. Ember itu sengaja disediakan, untuk orang melempar uang sebagai wujud dari rasa iba terhadapnya. Seolah, perkataan Anwar sebuah isyarat : Kalau mau bicara, isi ember itu. Hampir setegah jam hirau, Anwar akhirnya menyerah. Dia mau bicara. Tentang hidupnya. “Tapi jangan diputarbalik apa yang saya katakan,” ucap Anwar yang pernah juga bekerja sebagai kelasi kapal berbendera Jerman Barat.


Tanah Kuranji adalah tempat pertama yang menyambut kelahiran Anwar. Dia terlahir dari keluarga petani, 94 tahun lalu. Masa mudanya dihabiskan di pinggiran Kota Padang itu. Anwar adalah jebolah Sekolah Sembilan (kini Belakang Tangsi-red) tahun 1930. Lepas Sekolah Rakyat, Anwar mulai bekerja serabutan. Akhirnya dia diterima sebagai kelasi kapal.  Tahun 1932 sampai 1939 Anwar berlayar. Dalam kurun waktu itu tak sedikit keragaman budaya yang dilihat pak tua. “Saya lulus sekolah Belakang Tangsi 1930. Selanjutnya berlayar tujuh tahun mengelilingi Asia sampai ke Australia. Kemudian pulang untuk berjuang. Saya tak mau bersenang-senang di atas kapal, sementara Bangsa kita sedang berjuang merebut kemerdekaan. Naluri kebangsaanlah yang memanggil jiwa untuk ikut berjuang,” terang Anwar.